Pernahkah kamu merasa usaha yang sudah kamu lakukan tak kunjung menunjukkan hasilnya? Pada saat itu kamu yang tengah dilanda keterpurukan seringnya merasa tak berdaya dan tak punya kuasa apa-apa. Segala kelebihan yang kamu punya seakan hilang diterpa kegagalan yang sedang kamu lihat di depan mata.
Hei, kamu yang sebenarnya punya potensi lebih untuk meraih cita-cita. Belajarlah dari mereka yang dengan segala keterbatasannya mampu menaklukkan tantangan dan rintangan. Kebutuhan fisik yang berbeda dari orang pada umumnya membuat mereka berjuang lebih keras. Seperti kisah hidup Suraya Sahetapy, seorang penyandang tunarungu yang dengan segala perjuangannya mampu mengharumkan nama Indonesia di ajang pertemuan dunia.
Kisah inspiratif Surya Sahetapy ini layak kamu ikuti, agar tak lagi mudah menyerah dalam perjuangan menggapai mimpi.
Surya Sahetapy adalah anak bungsu dari pasangan selebriti Dewi Yull dan Ray Sahetapy. Mirip ya!
Surya dan sang Bunda, Dewi Yull. via www.kompasiana.com
Surya yang bernama lengkap Panji Surya Putra ini adalah anak bungsu dari pasangan selebriti, Dewi Yull dan Ray Sahetapy. Cowok kelahiran 21 Desember 1993 ini divonis tak bisa mendengar ketika usianya menginjak 2 tahun. Meski begitu, dukungan dan kasih sayang berlimpah dari keluarganya membuat Surya tumbuh sebagai pemuda yang cerdas dan mandiri. Surya yang berparas tampan ini, kini tengah menjadi perbincangan hangat lantaran prestasinya yang berhasil menjadi wakil Indonesia di sejumlah kongres dunia.
Cowok ganteng ini kini masih berstatus sebagai mahasiswa dan pernah magang di kantor gubernur Jakarta!
Surya saat ini tengah menempuh kuliah di Universitas Siswa Bangsa Internasional (SBI) jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan Lone Star College, Amerika Serikat jurusan English Language Teaching. Surya saat ini tengah menempuh jenjang D3 tersebut sedang berusaha untuk menyelesaikan kuliahnya akhir tahun ini. Surya juga sempat magang lho di kantor gubernur Jakarta, Basuki Thahaja Purnama. Ia yang magang dari bulan Desember 2015 hingga Maret 2016 tersebut ditempatkan di bagian staf magang pengawalan transparansi anggaran.
Perjuangan Surya menuntut ilmu nggak mudah, tapi dia bertekad kuat menjalaninya. Sekarang apakah kamu masih mau mengeluh juga?
Sebagai penyandang tunarungu di tanah air, Surya dihadapkan pada kenyataan bahwa pendidikan Indonesia belum sepenuhnya memfasilitasi kegiatan belajar bagi penyandang tunarungu. Jenjang TK dan SD, Surya tempuh di Sekolah Luar Biasa. Suatu ketika ia pernah mencoba menduduki bangku sekolah umum saat SMP yang sayanganya ia justru merasa terasing. Ia kesulitan membaca gerak bibir gurunya yang kerap menatap buku saat mengajar. Padahal cara Surya untuk dapat memahami pelajaran adalah dengan membaca gerak bibir.
Namun, berkat kerasnya Surya berusaha, ia berhasil lulus SMP dengan tepat waktu. Setelahnya, ia memilih untuk menempuh jenjang SMA dengan homeschooling.
Surya aktif di Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN) dan membantu mengampanyekan Bisindo untuk komunikasi tunarungu
Berkaca dari pengalamannya selama ini, Surya menyimpulkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya mendukung pelajar dengan tunarungu. Bahkan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) yang diterapkan pemerintah untuk siswa SLB, menurutnya justru menghambat proses komunikasi mereka yang tuli karena tidak terlalu aplikatif. Nah, dengan alasan kesulitan itulah Surya memutuskan untuk menggabungkan diri pada GERKATIN. GERKATIN adalah sebuah yayasan yang fokus untuk mengampanyekan Bisindo.
Bisindo adalahkepanjangan dari Bahasa Isyarat Indonesia. Tidak seperti SIBI, Bisindo justru memudahkan Surya dalam berkomunikasi karena metode yang digunakan sangat aplikatif untuk penyandang tunarungu. Dengan Bisindo lah kepercayaan diri Surya kembali terangkat. Tak sampai di situ, ia pun turut menyebarkan informasi tentang Bisindo lewat media sosialnya. FYI, Bisindo yang diakui oleh komunitas tuli Indonesia ini, sayangnya belum diakui sebagai bahasa isyarat tunarungu di Indonesia. Meski begitu, Bisindo sudah termasuk dalam kurikulum di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI lho!
Kiprahnya pun diakui di dunia internasional. Surya beberapa kali menjadi perwakilan Indonesia di kompetisi dan kongres tingkat dunia
Sejauh ini Surya udah wara-wiri di sejumlah pertemuan dan kompetisi dunia. Sebut saja kompetisi Global IT for Youth with Disabilities di Bangkok, Thailand, Oktober 2013. Pada ajang tersebut, Surya berhasil menyabet juara ketiga lho. Surya juga sempat menjadi pembicara di VII World Congress of The World Federation of The Deaf di Istanbul, Turki, bersama dengan Laura Lesmana Wijaya. Nggak hanya itu, cowok ganteng ini juga sempat menjadi wakil Indonesia dalam acara Mason Global di USA. Ia bahkan meeting di kantor PBB di sana.
Wah, sudah ganteng, berprestasi lagi!
Darah seni yang mengalir di dirinya menuntun Surya mengikuti jejak sang ayah untuk terjun ke dunia film
Darah seni dari sang ayah, aktor kawakan – Ray Sahetapy, juga mengalir dalam diri Surya. Terbukti, dengan terlibatnya Surya dalam beberapa film. Yakni Sebuah Lagu untuk Tuhan (2015) dan Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara (2016). Keterbatasan tak menjadi penghalang bagi seorang Surya untuk menjajal kemampuannya berakting.
Surya mampu memaksimalkan potensinya dan yang terpenting, ia senang melakukannya. Kamu bagaimana?
Surya membuktikan pada dunia bahwa setiap orang bisa berprestasi meski awalnya dianggap berbeda dengan orang kebanyakan
Buat kamu yang selalu merasa dunia tidak adil. Sudah berusaha namun tak kunjung membuahkan hasil juga, kamu tak layak untuk patah arang. Yup, kamu bisa belajar dari seorang Surya Sahetapy yang tak pernah gigih berusaha untuk menorehkan prestasi. Meski dalam keterbatasan. Meski dalam keheningan. Meski berbeda dengan orang kebanyakan.
1 komentar so far